Suatu hari kamu merasa tidak sehat, entah itu pusing, maag, sakit gigi, sakit gigi, sakit kepala atau apalah itu, kemana kamu akan pergi? pasti setidaknya ada dua pilihan kemana kamu harus pergi, dokter atau apotek bukan? dengan pergi ke salah satu dari dua dua pilihan itu pada akhirnya kamu akan diberi obat sesuai dengan keluhanmu kan? Nah, obat yang akan kamu minum adalah satu dari banyaknya pemanfaatan dari ilmu kimia. 

        Kimia merupakan cabang dari ilmu fisik yang didalamnya mempelajari tentang susunan, struktur, sifat dan perubahan materi. Kimia sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Al-kimia  turunan dari kata Yunani Kemia atau Kemeia. Lalu, darimana asal muasal ilmu kimia? nah, ini yang akan menjadi topik utama bahasan saya kali ini. Mari kita mulai?


Era Sebelum Masehi



        Berawal sekitar 4000 tahun yang lalu dari bangsa Mesir yang disebut dengan "The Art  of Synthetic Wet Chemistry", didalamnya berisi seperti pembuatan warna untuk lukisan, fermentasi anggur, pakaian, pembuatan logam yaitu perunggu. Namun, bangsa Mesir hanya menggunakan hakikat dan sifat dari materi, mereka tidak berusaha memahami hal tersebut mengapa bisa terjadi, sehingga pada zaman bangsa Mesir ini apa yang kita sebut ilmu kimia ini belum lahir.

        Beralih ke Yunani, Leuccipus yang merupakan guru dari filsuf Yunani lainnya Democritus. Suatu hari Leuccipus sedang berjalandi pantai Aagean, ia melihat pasir yang tampak dari jauh terlihat menyatu. Namun ketika didekati itu merupakan sekumpulan butiran pasir kecil. Dari sinilah, awal pemikiran bahwa setiap benda pasti terdiri dari sekumpulan partikel yang tidak dapat dibagi lagi. Kemudian, pemikiran Leuccipus ini diteruskan oleh oleh muridnya Democritus bahwa atom merupakan materi paling sederhana yang tidak bisa dibuat atau dimusnahkan. Hal ini tentu memiliki kesamaan dengan pernyataan di era modern yang mennyatakan bahwa atom merupakan penyusun alam semesta yang bersifat kekal, artinya atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, atom hanya dapat berubah bentuk.

        Kita beralih pada perkembangan kimia di Cina dan India. Kedua bangsa ini sama-sama menerapkan kimia pada bidang pengobatan tradisional mereka. Cina memiliki pengobatan terkenal yaitu prinsip yin-yang dan serba-lima seperti air, api, tanah, logam kayu. Hampir sama dengan Cina, India juga memiliki pengobatan tradisional untuk memperpanjang hidup. Selain itu, kedua peradaban ini telah berhasil membuat kembang api dari mesiu berabad-abad lebih dulu dibandingkan dengan Eropa.


Era Masehi

        Era masehi diawali dengan Alkimia helenistik yang berlangsung sekitar tahun 300 SM - 300 M. Tokoh utama alkimia helenistik adalah Zosimos, ia adalah alkimiawan Yunani yang pertama kali menemukan proses distilasi.

    Masa Islam

        Seperti pada sejarah perkembangan fisika dan biologi, islam selalu memiliki pran dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Abu Musa Jabir bin Hayyan atau lebih dikenal dengan Ibnu Hayyan (721 M - 815 M). Semasa hidupnya beliau banyak berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang disika, kimia, filosofi, farmasi dan astronomi. Namun, kontribusinya yang paling besar adalah pada bidang kimia, hal ini sanggat masuk akal karena memang sejak kecil Ibnu Hayyan sudah tidak asing dengan hal berbau kimia, karena ayahnya Hayyan merupakan seorang ahli obat-obatan.

        Ibnu Hayyan berhasil merubah pandangan setiap orang terhadap fenomena alam yang tidak dapat diprediksi menjadi sebuah ilmu sains yang dapat dipelajari dan dimengerti oleh setiap orang. Beberapa penemuan Ibnu Hayyan adalah asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi dan teknik kristalisasi. Tidak hanya menemukan, beliau juga mampu mengaplikasikan penemuannya dalam pembuatan logam dan pencegahan karat.

        Ibnu Hayyan juga menulis karya-karyanya lewat bukunya yang berjumlah kurang lebih 200 buku yang masih banyak tersimpan di berbagai perpustakaan di dunia. selain itu, karya-karyanya juga menjadi rujukan selama berabad-abad terutama bagi para ilmuan Barat.


    Era Kimia Tradisional (Abad ke-17 sampai Abad ke-19)

        Kimia Tradisional bermula dari teori Flogiston yang diungkapkan oleh Georg Erns Stahl (1659 M - 1734 M). Menurutnya, setiap benda memiliki flogiston yang menyebabkan benda bisa terbakar, semakin banyak flogiston pada suatu benda maka benda akan semakin mudah terbakar dan sebaliknya, Apabila benda terbakar, maka flogistonnya akan menguap dan menyatu ke udara. Terkahir, Stahl juga mengungkapkan bahwa benda yang memiliki banyak flogiston dapat mentransferkan flogistonnya pada benda yang kekurangan flogiston.


Joseph Priestley

        Joseph Priestley kemudian melanjutkan teori flogiston milik stahl, percobaan yang dilakukan Priestley adalah dengan lilin yang dinyalakan, apabila lilin ditutup rapat maka apinya akan padam, dari sana ia berspekulasi bahwa hal itu terjadi karena udara yang ada dibagian dalam tutup telah dipenuhi oleh flogiston seperti apa yang sebelumnya diungkapkan Stahl.

        Namun, pada akhirnya teori flogiston ini ditumbangkan oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 M - 1794 M) dikenal sebagai penemu oksigen, karena dari eksperimennya ia mengemukakan bahwa benda hanya dapat terbakar dalam "air eminemment pur" yang merupakan zat bukan logam yang menghasilkan asam pada proses pembakaran, sehingga dinamakan oksigen yang berasal dari kata "oxus" yang berarti asam dan "gen" yang berarti pembuat.


    Era Kimia Modern (1800 M - sekarang)

        Penemuan peran oksigen dalam proses pembakaran dan hukum kekekalan massa oleh Antoine Laurent Lavoisier adalah langkah awal kimia ke arah yang benar melalui bukunya yang berjudul Traite Elementaire de Chimie. Setelah itu, Amedeo Avogrado (1776 M - 1856 M) berhasil mengemukakan perbedaan atom dan molekul, berkat jasanya juga kita dapat mengenal apa yang disebut sebagai bilangan Avogrado yaitu jumlah molekul dalam 1 gram berat molekul (1 mol) sebesar 6,023x10^23.

        Pada tahun 1803, John Dalton (1766 M - 1844 M) melahirkan kembali teori atom Yunani kuno. Namun, tidak banyak ilmuan yang tertarik dan menerima teori atom, dan masih pada abad yang sama tepatnya pada tahun 1879 Dmitri Mendeleev berhasil menciptakan tabel periodik berdasarkan peningkatan bilangan atom.

         Tidak sampai pada abad 20, ahli kimia prancis Jean Baptiste Perin (1870 M - 1942 M) berhasil meyakinkan para ilmuan dengan teori atom miliknya sebagai sebuah fakta. Dan di tahun 1879, William Crookes berhasil menemukan sinar katoda dengan menggunakan sebuah tabung vakum.

        Disini perkembangan kimia sangatlah pesat, tahun 1896 Henri Becquirel dan Marie Curie menerima penghargaan nobel dengan penemuan radiasi dan penelitiannya yang mengungkapkan bahwa setiap unsur selalu memancarkan energi dengan nilai yang tetap.

        Teori tentang atom kian berkembang setelah pada tahun 1911 Ernest Rutherford menyatakan berdasarkan penelitiannya bahwa atom memiliki inti pusat yang disebut dengan nukleus ddan dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif. teorinya ini berasal dari eksperimennya dengan menembakan lapisan tipis emas menggunakan sinar alfa. Namun, teori atom Rutherford memiliki kelemahan yaitu tidak bisa menjelaskan mengapa elektron yang mengelilingi inti atom tidak terjatuh ke inti padahal nukleus memiliki massa yang lebih besar dibandingkan dengan elektron.

        Teka-teki pada teori atom Rutherford pada akhirnya dapat dipecahkan oleh muridnya yaitu Niels Bohr (1885-1962) dengan menggunakan informasi dari planck, dan dikelal dengan teori atom Bohr. Secara singkat Bohr mengemukakan dalam teorinya sebagai berikut :

  1. Elektron bergerak mengelilingi inti pada lintasan-lintasan orbit mirip sistem tata surya yang disebut dengan kulit atom dan setiap lintasan tidak memancarkan energi.
  2. Elektron dapat berpindah orbit/lintasan.
  3. Elektron yang berpindah dari tingkat energi tinggi ke rendah akan disertai dengan pemancaran energi, sedangkan jika perpindahan dari tingkat rendah ke tinggi disertai dengan penyerapan energi.
  4. Elektron yang bergerak pada lintasannya berada pada keadaan stasioner.
        Berbagai pengetahuan mengenai atom terus mengalami penyempurnaan, hingga pada tahun 1935 James Chadwick menemukan bahwa ada partikel elektron netral dalam nukleus atom, dari penemuannya ini ia mendapatkan hadiah nobel. Ia juga menyatakan jika neutron memiliki massa lebih besar dibandingkan proton, fakta ini memungkinkan neutron untuk menembus atom dan menghancurkan inti.

        Saat ini kimia memiliki banyak cabang ilmu yang dibagi menjadi beberapa bidang utama yang didalamnya masih bisa dibagi lagi menjadi sub-sub cabang. Setidaknya ada lima cabang utama dalam ilmu kimia, diantaranya adalah :

  1. Kimia Analitik : ilmu kimia yang mempelajari bagaimana kita dalam menganalisis komponen kimia dalam sebuah sampel, contohnya seperti seberapa banyak kandungan kafein dalam secangkir kopi, seberapa banyak kandungan gula dalam urin seseorang, seberapa besar PH dalam suatu kolam, dan sebagainya.
  2. Biokimia : ilmu kimia yang mempelajari reaksi kimia, senyawa kimia, dan interaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Biokimia memiliki 4 sub cabang lainnya yaitu Enzimologi (mempelajari enzim), Endokrinologi (mempelajari hormon), Biokimia klinik (mempelajari penyakit), dan Biokimia molekuler (mempelajari biomolekul dan fungsinya).
  3. Kimia Anorganik : ilmu kimia yang mempelajari sifat-sifat dan reaksi dari senyawa kimia anorganik. 
  4. Kimia Organik : ilmu kimia yang mempelajari senyawa karbon contohnya bahan bakar, zat aditif makanan, dan obat-obatan.
  5. Kimia Fisik : ilmu kimia yang mempelajari tentang sifat fisik molekul serta hubungannya dengan cara menyatukan molekul dan atom.

        Sama seperti fisika dan biologi, kimia juga memiliki sejarah panjang untuk sampai ke tahap sekarang. Bagaimana? kalian tertarik dengan ilmu yang satu ini? bagikan dan berkomentar dengan bijak di bawah, semoga artikel saya bisa memberikan pengetahuan dan makna positif bagi pembaca, terimakasih.


Baca juga    :


                             


    


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama